Sunday, April 13, 2008

Badan Usaha Milik Negara ( BUMN )

Perkokoh Bangsa Budayakan Cinta Produk Dalam Negeri

Sudah saatnya Bangsa Kita bangkit.

Seiring dengan tekat pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan bangsa kita, meskipun di tahun 2008 ini diprediksi bahwa pertumbuhan yang diinginkan tidak mungkin bisa dicapai akibat goncangnya perekonomian AS, sudah selayaknya kita sebagai Rakyat mendukung rencana tersebut dengan penuh rasa tanggung jawab yang diliputi oleh semangat patriotisme yang tinggi, karena dengan semangat patriotisme yang tinggi akan mampu menumbuhkan rasa cinta tanah air dan rasa memiliki bangsa kita tercinta ini. Jepang adalah bukti nyata yang dapat dijadikan contoh bagi kita semua.

Wujud nyata kita sebagai Rakyat yang mendukung Pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan dan pertumbuhan Bangsa Indonesia ini salah satunya adalah dengan ”Mencintai Produk Dalam Negeri”. Mencintai bukan hanya didalam hati. Mencintai harus diwujudkan dalam keseharian kita. Mencintai bertujuan untuk memberikan hal terbaik bagi produk dalam negeri. Seperti layaknya mencintai kekasih, kita selalu berusaha untuk melakukan hal yang terbaik bagi kekasih kita.

Ada 4 tips yang perlu kita lakukan untuk bersama – sama membantu atau bergotong royong dalam rangka mewujudkan pertumbuhan dan kesejahteraan bangsa kita :

1. Menumbuhkan jiwa patriotisme – cinta tanah air Indonesia

2. Mencintai dan menggunakan produk dalam negeri

3. Hindari penggunaan atau pembelian barang / produk impor

4. Senantiasa memberikan kritik atau masukan bagi produk dalam negeri, demi terciptanya perbaikan produk secara berkesinambungan

Saat ini, perusahaan dalam negeri, atau produsen dalam negeri mengalami tekanan dari luar akibat membanjirnya produk impor, yang notabene belum tentu memiliki kualitas yang lebih baik dari produk dalam negeri. Hal ini dikarenakan Rakyat Indonesia telah menderita penyakit moral. Kita cenderung puas dan dan bangga jika telah menggunakan produk buatan luar negeri.

Penyakit bangsa ini telah merambah hampir keseluruh sektor industri diantaranya :

1. Setor Pertanian – bangga jika memakan beras impor

2. Sektor Perbankan – bangga menjadi nasabah Bank Asing

3. Sektor Keuangan – bangga menyimpan harta dalam bentuk DOLLAR

4. Sektor Kehutanan – memberikan HPH kepada Investor Asing, dan mempersulit Investor Lokal

5. Sektor MIGAS – bangga menggunakan Oli Impor dan menggunakan BBM impor

6. Dsb.

Penyakit sektor pertanian telah memukul bangsa ini. Maraknya beras impor, kelangkaan kedelai dan sebagainya, serasa tidak patut untuk dimaafkan. Gemah ripah loh jinawi seakan sudah bukan menjadi sebutan bagi negara tercinta ini. Bahkan sektor ini sudah semakin ditinggalkan, karena identik dengan sarang kemiskinan. Kita, termasuk para pemuda dan mahasiswa lebih bangga bekerja sebagai Orang Kantoran, sebagai karyawan yang tidak lebih dari sekedar orang yang menjadi Budak Terpelajar bagi pemilik perusahaan. Seandainya realitas rakyat kita tidak seperti yang penulis sebutkan diatas, mungkin bangsa ini akan tetap menyandang predikat gemah ripah loh jinawi, bangsa yang memiliki kekuatan sektor pertanian, bangsa yang kaya akan sumber daya alamnya. Marilah kita kerahkan seluruh kemampuan dan pikian kita untuk memajukan bangsa ini melalui pemberdayaan sektor pertanian, seperti Thailand yang telah berhasil memajukan bangsanya melalui sektor pertanian.

Penyakit sektor perbankan dan keuangan hampir memiliki kemiripan. Rakyat kita cenderung menyimpan kekayaan atau uang nya dalam bentuk Dollar atau mata uang lainnya, yang dianggapnya akan memiliki prospek cerah dikemudian hari akibat kemampuannya untuk menguat dari mata uang kita. Maklum dinegara kita baru bermunculan spekulan – spekulan baru, yang ingin mencari nasib baik di bursa dan sejenisnya, yang tidak lebih dari sekedar tempat berspekulasi atau berjudi. Mereka inilah salah satunya yang menyebabkan rupiah terus melemah, yang membawa dampak negatif bagi rakyat kecil, akibat melemahnya nilai tukar dan naiknya harga barang secara umum. Sebagai rakyat yang baik, sudah sebaiknya kita mengandalkan Bank Lokal Nasional, seperti Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI dan bank – bank lokal nasional lainnya, sebagai mitra terpercaya kita dalam hal simpanan, kredit maupun aktifitas perbankan lainnya dalam rangka mewujudkan kesejahteraan bangsa ini.

Sektor kehutanan juga tidak kalah menariknya dibanding sektor yang lain. Oknum pemerintahan diduga menjadi katalis alih fungsi lahan hutan di Indonesia. Jika kita amati didaerah sumatera dan kalimantan, banyak areal hutan kita yang berubah fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit. Alih fungsi ini telah menyebabkan berkurangnya lahan resapan air dan hal inilah yang menyebabkan banjir dibeberapa wilayah di Indonesia. Ironisnya, investor pemegang HPH sebagian besar adalah Investor Asing. Mereka mendapatkan manfaat besar dari investasinya di Indonesia, namun Rakyat Indonesia-lah yang menerima getahnya, seperti berkurangnya areal hutan dan resapan air . Selain itu, meskipun kita kaya akan kebun kelapa sawit, dan merupakan produsen terbesar didunia, namum harga minyak goreng terus meningkat dan menyebabkan Rakyat terpukul atas tingginya harga ini. Sangat ironis memang, kita kaya akan minyak kelapa sawit namun tidak bisa menikmatinya sebagai sumberdaya yang murah dinegeri sendiri.

Sektor MIGAS di Indonesia juga mengalami tekanan. Seiring dengan era globalisasi, Pertamina sebagai perusahaan milik pemerintah saat ini memiliki banyak tekanan persaingan dari asing. Masuknya Oli Impor dan BBM Impor ditanah air telah membuat Pertamina merubah konsep usahanya, yang semula perusahaan monopoli menjadi perusahaan yang profesional. Langkah tepat yang harus kita lakukan sebagai Rakyat yang cinta tanah air dan cinta produk dalam negeri adalah selalu bangga menggunakan Pelumas dan BBM Pertamina yang memiliki kualitas yang berstandar internasional serta memiliki harga yang kompetitif. Jangan terkecoh dengan pelumas atau BBM impor yang memiliki harga lebih mahal. Harga lebih mahal tidak mencerminkan kualitas suatu produk. Namun harga yang lebih mahal tersebut mengandung handling cost, beaya masuk dan pajak yang dimana biaya tersebut dibebankan kepada kita para konsumen ditanah air.

Semoga apa yang penulis berikan dapat menjadi wacana kepada kita mengenai perlunya menumbuhkan cinta anah air dan wewujudkannya dalam bentuk cinta produk dalam negeri demi terwujudnya kesejahteraan dan kemajuan Bangsa Indonesia serta sebagai kontribusi kita, sebagai rakyat, kepada pemerintah dalam membantu tercaainya pertumbuhan bangsa yang telah ditargetkan.

Adhitya Cahya Nugraha.