Monday, September 22, 2008

Employment Reviews

Mismatch pendidikan dan PEKERJAAN

I. Pendahuluan

Ketimpangan antara sector ketenagakerjaan dan pendidikan di Indonesia merupakan suatu permasalahan yang kompleks. Keadaan ini sering lepas dari perhatian kita, baik kalangan pemerintah maupun akademisi.

Ketimpangan ini merupakan akibat dari ketidakseimbangan antara pertumbuhan jumlah lulusan institusi pendidikan, mulai sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), akademi, dan atau perguruan tinggi (PT), dengan pertumbuhan sektor industri, seperti industri pertanian, pertambangan, manuaktur, energi, perdagangan, transportasi, keuangan, dan atau personal services.

Pendekatan yang komprehensif sangat diperlukan untuk mengatasi hal tersebut. Kolaborasi antara dunia usaha dengan dunia akademis diharapkan akan dapat menciptakan suatu sinergi untuk mewujudkan daya saing negara yang tinggi, yang mampu bersaing menuju era globalisasi.

II. Populasi Penduduk dan Tipe Aktifitasnya

Data statistik ( Badan Pusat Statistik ) BPS mengatakan bahwa pada tahun 2004-2005 telah terjadi peningkatan pada (1)tingkat pengangguran, (2)banyaknya angkatan sekolah, (3)banyaknya jumlah pekerjaan dan (4)banyaknya tenaga kerja, yaitu sebesar masing-masing 16%, 17%, 0,3% dan 2%, sedangkan pada tahun 2005-2006 masing-masing -8%, -0,4%, 2% dan 1%, dan untuk periode tahun 2006-2007 masing-masing -8%, 2%, 5% dan 3%.

Data tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun 2004-2005 telah terjadi perbaikan tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan yang merupakan manivestasi gerakan wajib belajar 9 tahun, yang terbukti dengan semakin bertambahnya siswa sekolah hingga 17%, dan sebagai implikasinya adalah peningkatan jumlah pengagguran yaitu sebesar 16%. Dampak lain dari hal tersebut adalah rendahnya peningkatan lapangan pekerjaan yang tersedia, yaitu sebesar 0,3%, sedangkan tenaga kerja lulusan sekolah yang tersedia meningkat sebesar 2%.

Secara umum, gerakan wajib belajar 9 tahun telah berkontribusi atas menurunnya jumlah pengangguran di Indonesia, namun masih belum dapat diimbangi oleh ketersediaan lapangan pekerjaan formal. Sehingga masyarakat lulusan sekolah lebih banyak bekerja pada sector non formal, seperti berdagang, bertani, maupun berprofesi sebagai personal services.

III. Kondisi Industri

Hasil statistik BPS tahun 2004-2007 menginformasikan kepada kita bahwa terdapat beberapa industri yang mengalami peningkatan dan penurunan tren penyerapan tenaga kerja. Beberapa diantaranya adalah :

A. Peningkatan

· 2004-2005

Industri-industri yang memiliki tren positif seperti (1)Agriculture, Forestry, Hunting, and Fishery, (2)Transportation, Storage, and Communication, (3)Financing, Insurance, Real Estate, and Business Services, (4)Manufacturing Industry, (5)Manufacturing, dan (6) Construction.

· 2005-2006

Industri-industri yang memiliki tren positif seperti (1) Mining and Quarrying, (2) Electricity, Gas, and Water, (3) Wholesale Trade, Retail Trade, Restaurant and Hotel, (4) Transportation, Storage, and Communication, (5) Community, Social, and Personal Services, (6) Financing, Insurance, Real Estate, and Business Services, dan (7) Construction

· 2006-2007

Industri-industri yang memiliki tren positif seperti (1) Agriculture, Forestry, Hunting, and Fishery, (2) Mining and Quarrying, (3) Wholesale Trade, Retail Trade, Restaurant and Hotel, (4) Transportation, Storage, and Communication, (5) Community, Social, and Personal Services, (6) Financing, Insurance, Real Estate, and Business Services, (7) Construction, dan (8) Manufacturing.

B. Penurunan

· 2004-2005

Industri-industri yang memiliki tren menurun seperti (1) Mining and Quarrying, (2) Electricity, Gas, and Water (3) Wholesale Trade, Retail Trade, Restaurant and Hotel, dan (4) Community, Social, and Personal Services

· 2005-2006

Industri-industri yang memiliki tren menurun seperti (1) Agriculture, Forestry, Hunting, and Fishery dan (2) Manufacturing

· 2006-2007

Industri-industri yang memiliki tren menurun seperti Electricity, Gas, and Water.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata industri mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja dari tahun 2004 hingga tahun 2007. Hanya ada beberapa industri yang mengalami penurunan, yaitu mining and quarrying, electricity, gas and water, wholesale trade, retail trade, restaurant, and hotel, dan personal services pada periode tahun 2004-2005, agriculture forestry, hunting, and fishery dan manufacturing pada periode tahun 2005-2006, serta electricity, gas, and water pada periode tahun 2006-2007. Pada grafik 3 tampak bahwa ada 3 industri yang memiliki potensi terjadinya penurunan penyerapan tenaga kerja dimasa mendatang, yaitu electricity, gas and water, Community, Social, and Personal Services, dan Financing, Insurance, Real Estate, and Business Services.

Pada industri electricity, gas and water, potensi penurunan ini disebabkan oleh semakin menipisnya cadangan sumber energi dunia, seperti gas, minyak bumi, dan batubara. Kemudian, dalam jangka panjang hanya akan ada beberapa perusahaan terkuat yang mampu bertahan dan secara simultan akan menyebabkan perusahaan lain berhenti beroperasi akibat kelangkaan sumber energi tersebut.

Pada industri Community, Social, and Personal Services, penurunan ini dipicu oleh ketatnya persaingan. Hal ini diakibatkan oleh rendahnya barrier of entry untuk dapat membuka usaha disektor ini. Sehingga dalam jangka panjang, semua perusahaan hanya akan menikmati average margin yang rendah, akibat ketatnya persaingan. Untuk selanjutnya, hanya akan ada beberapa pemain besar yang mampu bertahan dengan bekal loyalitas pelanggan dan kualitas pelayanan yang dimilikinya, serta harga yang kompetitif yang ditawarkan kepada pelanggan.

Potensi penurunan pada industri Financing, Insurance, Real Estate, and Business Services disebabkan karena penggunaan teknologi informasi. Industri ini sangat membutuhkan kecepatan dan kemudahan dalam berhubungan dengan pelanggan. Sehingga hal ini mengharuskan mereka untuk melakukan otomatisasi seluruh sistem kerjanya. Kondisi ini akan menyebabkan kebutuhan akan tenaga kerja manusia menjadi berkurang, akibat dari sistem kerja yang dilakukan secara elektronik ter-otomatisasi.

Secara umum, industri di Indonesia mampu menyerap tenaga kerja dari semua latar belakang tingkat pendidikan dengan tren persentase peningkatan pada periode tahun 2004-2005, 2005-2006, dan 2006-2007 masing-masing sebesar 0,3%, 2%, dan 5%.

IV. Tingkat Pengangguran Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

Pencanangan program wajib belajar 9 tahun ternyata telah mampu membantu mengurangi tingkat pengangguran masyarakat dengan latar belakang TK, SD, SMP, dan SMA. Hal ini terbukti pada grafik tingkat pengganguran tahun 2004-2007 yang dipulikasikan oleh BPS.

Program wajib belajar tersebut telah mampu untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya pendidikan, dimana saat ini, sebagian besar masyarakat kita memiliki tingkat pendidikan minimum SMP.

Namun, keadaan ini tidak diimbangi oleh ketersediaan lapangan kerja bagi mereka yang memiliki latar belakang diploma dan sarjana lulusan universitas. Keadaan ini menimbulkan labor supply tingkat sarjana menjadi over demanded. Sehingga hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah pengangguran alumnus perguruan tinggi dan diploma yang masing-masing mencapai 43% pada periode tahun 2006-2007.

Belum pulihnya kondisi perekonomian pasca krisis diduga menjadi penyebab terjadinya hal tersebut. Selain itu, ekspectasi dari alumnus universitas dan diploma atas jenis pekerjaan formal diduga juga berkontribusi atas peningkatan angka penggangguran di Indonesia. Hal tersebut adalah wajar, karena mereka berharap akan lapangan kerja yang aman dan mampu memberikan penghasilan yang besar, sedangkan kalangan usaha menginginkan karyawan dengan gaji yang murah, terlebih lagi pertumbuhan penyerapan tenaga kerja disemua sektor industri hanya mencapai 5% ditahun 2007.

Secara umum, berdasarkan data statistic, kita harus mengakui keberhasilan program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah. Program ini telah membantu menurunkan tingkat pengangguran pada periode 2005-2006 dan 2006-2007 masing-masing sebesar 13% dan 8%.

V. Permasalahan

Ketimpangan antara sektor ketenagakerjaan dengan sektor pendidikan merupakan side effect dari program wajib belajar 9 tahun. Pencanangan program tersebut terjadi ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi berkepanjangan, dan bahkan hingga saat ini Indonesia belum mampu bangkit dari keterpurukan akibat krisis ekonomi tersebut.

Saat ini, kita telah melihat keberhasilan dari program tersebut, dimana masyarakat mulai sadar akan pentingnya pendidikan, terbukti dari semakin banyaknya angka partisipasi sekolah serta semakin rendahnya persentase angka pengangguran lulusan SD, SMP,dan SMA. Namun hal ini terjadi sebaliknya pada masyarakat alumnus perguruan tinggi dan diploma, dimana persentase angka pengangguran selalu meningkat dari tahun ketahun.

Beberapa hal yang melatarbelakangi hal tersebut adalah :

1. Belum pulihnya sektor perekonomian dan industri di tanah air

2. Kecenderungan alumnus PT dan diploma di Indonesia untuk mencari pekerjaan disektor formal – sektor yang aman

3. Kebanyakan lulusan PT dan diploma saat ini belum memenuhi kriteria yang disyaratkan oleh dunia usaha

4. Lemahnya mental alumnus PT dan diploma dalam usahanya mencari sumber penghasilan – alumnus beranggapan bahwa keberhasilan pendidikannya diukur dari kepada siapa / di perusahaan mana dia dapat bekerja, bukan pada usaha apa yang seharusnya dapat mereka ciptakan.

5. Pergeseran kewajiban lulusan PT – alumnus PT sebenarnya dicetak untuk menjadi Job Maker, namun saat ini telah bergeser menjadi Job Seeker.

Selain itu, ketimpangan tersebut juga dapat diakibatkan oleh kelalaian pemerintah sebagai pemilik program wajib belajar 9 tahun. Pemerintah cenderung untuk berusaha mencapai tujuan program tanpa memperhatikan side effect dari program yang diluncurkannya tersebut. Pemerintah saat itu tidak mengimbanginya dengan perbaikan pada sektor industri, sehingga ketika program tersebut sudah mulai menunjukkan hasilnya, maka hal inilah yang terjadi, yaitu ketimpangan antara sektor bisnis dengan sektor pendidikan.

VI. Saran

Beberapa tindakan yang dapat ditempuh oleh pemerintah dan kalangan akademisi yaitu :

1. Perbaikan sektor makro ekonomi

2. Memperkokoh sektor mikro

3. Melakukan kolaborasi dengan sektor bisnis serta senantiasa mensyaratkan seluruh organisasi bisnis menjunjung tinggi prinsip-prinsip etis dan good governance – hal ini bertujuan untuk menciptakan trust bagi investor asing agar mau menanamkan modalnya di Indonesia. Sehingga hal ini diharapkan mampu untuk menjadi katalis bagi pertumbuhan sector perindustrian di Indonesia

4. Kalangan akademisi selalu melakukan up-date atas kriteria alumnus yang diinginkan oleh sektor bisnis

5. Kalangan akademisi harus mampu mananamkan jiwa entrepreneurship dan kemandirian kedalam jiwa mahasiswanya – tujuannya adalah agar mampu membentuk mind set bahwa tugas seorang sarjana adalah menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat lulusan SD, SMP, dan SMA. Sehingga, ketika seorang mahasiswa telah lulus, maka diharapkan dirinya tidak memberikan kontribusi atas bertambahnya tingkat pengangguran di Indonesia

6. Mendorong sektor perbankan untuk berperan aktif dalam mendukung aktifitas usaha yang dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa alumnus PT.

Upaya-upaya diatas ditujukan untuk memperbaiki sistem perekonomian dan kondisi dunia industri, agar dimasa mendatang industri di tanah air mampu menyerap tenaga kerja, yang umumnya alumnus SMP, SMA, diploma, dan universitas, lebih banyak. Sehingga ketimpangan seperti yang telah dijelaskan diatas dapat segera diatasi.

Namun kemudian yang perlu diperhatikan adalah konsistensi dari program wajib belajar 9 tahun. Pemerintah harus terus berupaya meningkatkan tingkat pendidikan Rakyat Indonesia. Lebih jauh lagi, pemerintah harus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, bukan hanya sekedar meningkatkan kuantitas rakyat terdidik.

Sehingga, dengan cara tersebut, diharapkan kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia industri / ketenagakerjaan dapat segera diselaraskan.


Sekian
Adhitya Cahya Nugraha

No comments: